BISNIS UNTUK PEMULA

Ketik dibawah ini apa yang anda cari,,.

Kamis, 13 Januari 2011

Arti dan Makna Wanaprastha Dharma malahayati



Nama "Wanaprastha Dharma"

Wanaprastha Dharma
diambil dari sebuah ungkapan Hindu (Catur Asrama), yang diuraikan menurut arti katanya sebagai Bahasa Kawi / Jawa Kuno.
» Wana : Hutan, suatu tempat di mana di dalamnya terdapat suatu siklus kehidupan dan akan sempurna siklus tersebut apabila manusia berada di dalamnya.
» Pra : Menunjukkan prefiks yang berarti sekitar.
» Stha : Tempat atau daerah, adalah lingkungan yang di dalamnya terdapat kehidupan.
» Dharma : Kebaikan.

Wanaprastha Dharma secara harafiah dapat diartikan sebagai suatu tempat yang di dalamnya terdapat suatu siklus kehidupan yang tercipta atas dasar cinta kasih atau kedharmaan.

Pengertian ini dapat dijelaskan lagi dalam uraian berikut :
Alam atau lingkungan di mana di dalamnya terdapat berbagai kehidupan organisme, yang tercipta atas dasar unsur yang sama, baik Alam (wadah) maupun makhluk hidup (isi), dengan demikian, manusia sebagai salah satu bagian dari makhluk hidup yang paling tinggi tingkatannya, memiliki peranan yang paling besar atas tanggung jawabnya terhadap kelestarian alam.
Tanggung jawab ini, terkadang justru merupakan bumerang bagi manusia itu sendiri, untuk itu perlu adanya suatu landasan yang bersifat "Dharma / Cinta Kasih". Dengan demikian, dapat dinyatakan bahwa kami (Anggota Mapala Wanaprastha Dharma), datang bukan untuk menaklukkan alam, tetapi datang untuk menanyakan kebesaran Tuhan, dan mereka (Alam dan Isi) menjawabnya.

Motto Mapala Wanaprastha Dharma

"Kami Datang Bukan Untuk Menaklukkan Alam, Tetapi Kami Datang Untuk Menanyakan Kebesaran Tuhan Dan Mereka Menjawabnya"

Motto Mapala Wanaprastha Dharma seperti sekarang ini sudah ada sejak dari Mapala Wana Prastha Dharma (WPD) Fakultas Teknik. Mulai diberlakukan sejak tanggal 27 Januari 1982, di Blahbatuh pukul 14.40 Wita dan hingga sekarang tidak pernah mengalami perubahan.

Lambang Mapala Wanaprastha Dharma

Simbol atau lambang merupakan suatu ungkapan dari segenap rasa dan keinginan yang harus dicapai oleh pemakainya, sekaligus merupakan pendorong semangat dan kebanggaan, sebagai identitas. Adapun arti dan makna yang terkandung dalam lambang Wanaprastha Dharma adalah sebagai berikut :
» Lingkaran besar dan kecil yang berimpit : Sebagai simbol keselarasan, keharmonisan antara isi atau Buana Alit diwakili lingkaran kecil), dan wadah atau Buana Agung (diwakili lingkaran besar) yang bertolak atas dasar yang sama (berimpit).
» Garis-garis lintang dan bujur : Bentuk bumi dengan pembagiannya (garis bujur dan lintang) terhadap pengaruh iklim yang ada pada mahluk hidup.
» Bedawang Nala : Dalam ajaran Agama Hindu diketahui bahwa Dewa Wisnu akan turun menitis ke bumi untuk menyelamatkan umat manusia sebanyak sepuluh kali dalam berbagai perwujudannya. Salah satunya adalah dalam wujud kura-kura atau Bedawang Nala. Simbul stabilitas alam semesta, keharmonisan antara kahidupan dan alamnya.

Makna lambang secara keseluruhan
: Kita menginginkan keselarasan dan keharmonisan antara alam dan makhluk hidup sesuai dengan kondisi dan serba keterbatasannya masing-masing secara stabil dan mantap.

Warna Mapala Wanaprastha Dharma


Untuk lebih menegaskan keinginan atau harapan kepada anggota Mapala Wanaprastha Dharma diungkapkan lagi dalam arti warna-warna dalam atributnya yaitu :
» Biru tua / prussian blue : persaudaraan/persahabatan.
» Orange : semangat yang menggelora.
» Kuning : kesucian / cinta kasih dan haus akan ilmu pengetahuan.
Secara keseluruhan dapat diartikan : Dengan semangat yang menggelora kita galang persaudaraan dalam setiap aktivitas dengan dasar cinta kasih / kesucian hati.

Panji Mapala Wanaprastha Dharma

Bendera atau panji Mapala Wanaprastha Dharma telah ada semenjak organisasi ini didirikan dan ketentuan tentang panji atau bendera mulai diberlakukan pada tanggal 27 Januari 1982 yang kemudian disempurnakan lagi dalam Sidang Musyawarah Istimewa Anggota tanggal 3 April 1983, juga pada Sidang Musyawarah Anggota IX tanggal 13 April 1997 (AD / ART Mapala WD Unud Edisi Revisi, 1997).

2 komentar: